KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah SWT berfirman dalam surat al-Muzammil:
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya: “ dan (para sahabat)yang lain berjalan di bumi mencari sebagian rizki / karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah “ [Surat Al-Muzzammil: 20]
Imam Qurthubi berkata:
سوى الله تعالى في هذه الآية بين درجة المجاهدين والمكتسبين المال الحلال للنفقة على نفسه وعياله والإحسان والإفضال فكان دليلا على أن كسب المال بمنزلة الجهاد، لأنه جمعه مع الجهاد في سبيل الله
“Allah SWT dalam ayat ini telah mensejajarkan antara derajat mujahidin dan mereka yang berjuang mencari harta yang halal untuk menafkahi dirinya sendiri, keluarganya dan untuk beramal kebajikan. Itu menunjukkan bahwa mencari harta tsb berkedudukan seperti jihad, karena Allah SWT menggabungkannya dengan jihad fii Sabiilillah”. (Baca: “الجامع لأحكام القرآن ” 21/349. Tahqiq DR. Abdullah at-Turki ).
Muhmmad bin Hasan asy-Syaibani [Wafat. 189 H. Beliau sahabat Abu Hanifah] menyebutkan dalam "Kitab al-Kasab " hal. 33:
وَقد كَانَ عمر بن الْخطاب رَضِي الله عَنهُ يقدم دَرَجَة الْكسْب على دَرَجَة الْجِهَاد فَيَقُول لِأَن أَمُوت بَين شُعْبَتَيْ رحلي أضْرب فِي الأَرْض أَبْتَغِي من فضل الله أحب إِلَيّ من أَن أقتل مُجَاهدًا فِي سَبِيل الله لِأَن الله تَعَالَى قدم الَّذين يضْربُونَ فِي الأَرْض يَبْتَغُونَ من فَضله على الْمُجَاهدين بقوله تَعَالَى: { وَآخَرُونَ يضْربُونَ فِي الأَرْض}
Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, dahulu lebih mendahulukan derajat kasab (mencari nafkah) di atas derajat jihad, dan beliau berkata:
Sungguh aku mati di antara dua kaki hewan tungganganku saat berjalan di muka bumi dalam rangka mencari sebagian karunia Allah (rizki); lebih aku cintai daripada aku terbunuh sebagai seorang mujahid di jalan Allah ; karena Allah SWT dalam firmannya lebih mendahulukan orang-orang berjalan di muka bumi dalam rangka mencari sebagian karunia Allah dari pada para mujaahid, berdasarkan firman-Nya:
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya: “ dan (para sahabat)yang lain berjalan di bumi mencari sebagian rizki / karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah “ [Surat Al-Muzzammil: 20]
Dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Nabi SAW bersabda:
طَلَبُ الحَلالِ جِهادٌ
Mencari rizki yang halal itu Jihad.
(HR. Ahmad dan Ibnu ‘Adiy dlm “الكامل في الضعفاء” 6/263. Imam Ahmad berkata: “Hadits ini Mungkar “. Lihat “: تهذيب التهذيب” 9/437
Dari Ka’ab bin ‘Ujroh (كعبُ بنُ عجرةٍ ):
مرَّ رجلٌ على النبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فرأى أصحابُ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم من جَلَدِهِ ونشاطِه ما رأوا، فقالوا: يا رسولَ اللهِ لو كانَ هذا في سبيلِ اللهِ؟ فقالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «إن كانَ خرجَ يسعى على ولدِه صغاراً فهو في سبيلِ اللهِ، وإن كانَ خرجَ يسعى على أبوينِ شيخينِ كبيرينِ فهو في سبيلِ اللهِ، وإن كانَ خرجَ يسعى على نفسِه يعُفّها فهو في سبيلِ اللهِ، وإن كانَ خرجَ يسعى رياءً ومفاخرةً فهو في سبيلِ الشيطانِ» (رواه الطبرانيُ ورجالُه رجالُ الصحيحِ).
Suatu hari ada seorang lelaki lewat di depan rasulullah SAW, dan para shahabat radhiyallahu `anhu melihat kondisi lelaki tersebut dari kulit tubuhnya dan semangatnya (seperti lelaki pekerja yang tangguh- pen), maka rasulullah SAW berkata:
“Jika dia keluar bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka dia itu DI JALAN ALLAH (في سبيلِ اللهِ).
Dan jika dia keluar bekerja untuk kedua orang tuanya, maka dia itu DI JALAN ALLAH (في سبيلِ اللهِ).
Dan jika dia keluar bekerja untuk dirinya sendiri dalam rangka `iffah (menjaga kehormatan diri untuk tidak minta-minta - pen) maka dia itu DI JALAN ALLAH (في سبيلِ اللهِ).
Dan jika keluar dalam rangka riya` dan berbangga diri maka dia terhitung di jalan syaithon.”
(HR. Al-Imam Athobraany (13/491) para perawinya tsiqoot / dipercaya ).
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda:
أما إنه إن كان يسعى على والديه أو أحدهما فهو في سبيل الله ، وإن كان يسعى على نفسه فهو في سبيل الله
Adapun jika dia bekerja cari rizki untuk kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya, maka dia itu DI JALAN ALLAH (في سبيلِ اللهِ), dan jika dia bekerja untuk dirinya sendiri maka dia itu DI JALAN ALLAH (في سبيلِ اللهِ)
(HR. Baihaqi 7/787 No. 13112 & 15754 ). Lihat pula “الجامع الصغير وزوائده والجامع الكبير” 2/165 No. 4603.
Dari Abu Hurairah RA: bahwa Rasulullah SAW bersabda (Dalam lafadz lain ):
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا شَابٌّ مِنَ الثَّنِيَّةِ فَلَمَّا رَأَيْنَاهُ بِأَبْصَارِنَا قُلْنَا: لَوْ أَنَّ هَذَا الشَّابَ جَعَلَ شَبَابَهُ وَنَشَاطَهُ وَقُوَّتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَسَمِعَ مَقَالَتَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ:« وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلاَّ مَنْ قُتِلَ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى نَفْسِهِ لِيُعِفَّهَا فَفِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ سَعَى عَلَى التَّكَاثُرِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ الشَّيْطَانِ
Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang pemuda dari arah jalan bukit. Ketika dia nampak di hadapan kami, maka kami berkata: Duhai seandainya pemuda ini memanfaatkan masa muda, semangat, dan kekuatannya di jalan Allah!
Rasulullah SAW mendengar perkataan kami.
Beliau bersabda: “Apakah di jalan Allah itu hanya untuk orang yang terbunuh saja? Barangsiapa yang berusaha (mencari rizki) untuk kedua orangtuanya, maka dia di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (mencari rizki) untuk keluarganya, maka dia di jalan Allah.Barangsiapa yang berusaha (mencari rizki) untuk dirinya (dalam rangka menjaga kehormatannya agar tidak meminta-minta. pen), maka dia di jalan Allah. Barangsiapa yang berusaha (mencari rizki)untuk berbanyak-banyakan harta (semata), mka dia berada di jalan syaithan”
Dalam lafadz lain:
وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلا مَنْ قُتِلَ ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، ومن سعى على عياله ففي سبيل الله، وَمَنْ سَعَى مكاثِرًا فَفِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ.
“Apakah di jalan Allah itu hanya untuk yang terbunuh saja?
Siapa yang berusaha mencari nafkah untuk menghidupi orang tuanya maka dia di jalan Allah, siapa yang berkerja untuk menghidupi keluarganya maka dia di jalan Allah, tapi siapa yang bekerja untuk berbanyak-banykan harta semata maka dia di jalan thaghut.”
(H.R al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubro, Ath-Thabrani “المعجم الأوسط” 5/119 dan Abu Nu’aim al-Ashfahaani “حلية الأولياء وطبقات الأصفياء” hal. 197 ). Dinyatakan sanadnya jayyid oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadits as-Shahihah no 2232)
Dari Sa’d bin Abu Waqash bahwasanya dia mengabarkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ
Sesungguhnya, tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu.
Dan Nabi SAW bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
” Tidaklah sesuatu menimpa kepada seorang muslim dari kesusahan, rasa sakit, rasa gelisah, rasa sedih, sesuatu yang menyakitkan, dan rasa gundah, hingga duri yang mengenai dirinya kecuali Allah menjadikannya sebagai pelebur atas kesalahan-kesalahannya”(HR. Bukhari).
JAMINAN SYURGA BAGI YANG MANDIRI EKONOMINYA, TIDAK MENYUSAHKAN TETANGGA DAN BERJALAN DIATAS SUNNAH
Dari Abu Sa’id al-Khudri RA, beliau berkata: Rasulallah SAW. bersabda,
«مَنْ أَكَلَ طَيِّبًا، وَعَمِلَ فِي سُنَّةٍ، وَأَمِنَ النَّاسُ بَوَائِقَهُ دَخَلَ الجَنَّةَ» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذَا اليَوْمَ فِي النَّاسِ لَكَثِيرٌ، قَالَ: «وَسَيَكُونُ فِي قُرُونٍ بَعْدِي
“Barangsiapa memakan makanan yang baik, beramal sesuai sunnah, dan orang lain aman dari keburukannya maka dia masuk Surga.”
Seorang sahabat berkata: Wahai Rasulallah! Sesungguhnya ini banyak pada ummatmu sekarang. Rasulallah bersabda, “Mereka akan ada sepeninggalku nanti.”
(HR. Turmudzy No. 2520, Thabrani dlm “المعجم الأوسط” 2/52, Baihaqi dlm “شعب الإيمان” 7/501, al-Laalakaa’i (اللالكائي)1/59, al-Haakim 4/117 dan Ibnu Abi ad-Dunya 1/57 ).
At-Turmudzi berkata: “ حسن صحيح غريب”. al-Haakim berkata: “ صحيح الإسناد”. Hadits ini di masukkan pula oleh Syeikh al-Baani dlm “سلسلة الأحاديث الصحيحة”
0 Komentar